Saat ini jangankan diamalkan, teks Pancasila saja orang-orang penting tidak hafal, apa lagi orang awam. |
Kemajuan zaman yang seolah meringkas jagat raya menjadi genggaman manusia, segala sesuatu bisa dideteksi dengan cepat dan mudah. Seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK, proses pendidikan juga mengalami perubahan signifikan. Cara mencar ilmu dan media mencar ilmu yang tersebar di media masa bisa diserap melalui jejaring sosial oleh siapa pun secara gratis.
Layanan web jejaring sosial kini menjadi penggalan integral bagi masyarakat modern umumnya dan komunitas pengguna internet khususnya. Ada aneka macam layanan web jejaring sosial yang bisa digunakan. Umumnya orang Indonesia hanyalah memakai Twitter, Facebook, MySpace, atau mungkin Google+, walau bekerjsama aneka macam jejaring sosial di luar sana yang masing-masing web mempunyai segmen masyarakat masing-masing.
Transformasi teknologi menimbulkan sistem pendidikan berubah. Metodologi pengajaran secara otomatis mengikuti arus perubahan sampai melampaui batas-batas teori. Pedagogik mengarahkan orang-orang modern mencar ilmu secara belajar sendiri di semua negara maju. Persyaratan gres yang diharapkan dalam mencari solusi, teknologi memainkan tugas yang semakin penting untuk diimplementasikan. Hal ini sudah dimanfaatkan untuk pendekatan pembelajaran gres seperti: kelas onlne, kuliah online, kursus online masif terbuka , mobile learning, dan lain sebagainya. Pemanfaatan jejarang sosial, menyerupai email, instagram, youtube, filkr, twiter, dll. juga menjadi media komunikasi dan media belajar sendiri yang sangat besar jumlah penggunanya.
Pesatnya kemajuan IPTEK pada dekade global kini menimbulkan terjadinya revolusi pendidikan, yaitu suatu akhir dari teknologi yang mengarahkan pada transformasi radikal di sekolah-sekolah dan universitas. Tanpa diseting pun revolusi tersebut otomatis mengubah sistem, alasannya ialah tak ada seorang yang bisa membendung penggunaan dan efek IPTEK. Kenyataan yang terjadi di setiap waktu sudah dipahami bahwa teknologi gres telah mengubah gaya hidup manusia, budaya, dan lingkungan kerja. Saat ini telah banyak individu yang memutuskan untuk mengadopsi perubahan melalui IPTEK tersebut.
Revolusi pendidikan menyerupai itu bisa berlangsung di lingkungan keluarga, lingkungan RT/RW, kafe- kafe, di tempat-tempat umum, di kantor-kantor, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh setiap orang yang memutuskan untuk mengambil pembelajaran berdasarkan kehendak mereka masing-masing dan tidak terbatas usia maupun status sosial. Teori live long education tertanam secara tak sadar menempel pada diri mereka, dan mereka menemukan sendiri di jejaring sosial internet maupun produk berbasis teknologi lain yang sangat gampang untuk membantu mereka menemukan goal education.
Akibat pesatnya perkembangan internet dengan mobile atau portabel menimbulkan orang bebas mengakses data dengan gampang di dunia maya, otomatis ia akan memperoleh dan menyerap ilmu atau isu pribadi dari tablet iPhone, laptop, atau komputer yang digunakan. Kebebasan memperoleh isu yang alhasil menjadi konsumsi sebagi ilmu tersebut semakin berkembang dan menimbulkan semakin kecanduan. Tentu saja selain hal-hal positif, sesuatu yang negatif dan tabu ikut di upload sesuai ide, kultur, dan abjad mereka, yang secara sadar maupun tidak sdar dibuka dan dinikmati/dikonsumsi oleh para user internet.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangan IPTEK, pemanfaatan teknologi tanpa diimbangi penguatan abjad moral positif kepada setiap insan di negeri ini, bukan kebaikan yang diperoleh, justru kehancuran yang akan dipetik. Orang mempunyai kemampuan luar biasa dalam mencipta dan memakai IPTEK yang seharusnya secara normal ideal membawa dampak kesejahteraan hidup, bisa jadi berbalik menjadi senjata makan tuan bagi insan sendiri.
Dengan penguatan abjad yang ditanamkan pada jiwa setiap orang, tentu kemajuan IPTEK membawa kesejahteraan hidup bersama. Agar tidak tersesat dan terseret derasnya arus globalisasi, insan harus cerdik memanfaatkan dan menyikapi kemajuan teknologi. Dalam hal ini semua orang selain mempelajari dan memanfaatkan IPTEK, yang tidak kalah penting harus memperkuat IMTAQ dan kebijaksanaan pekerti masing-masing. Mana kala insan mempunyai dan sedang menyesuaikan diri dengan teknologi canggih yang membuai kehidupan untuk berbuat menuruti kemauan, hanya IMTAQ dan kebijaksanaan pekerti sebagai kendali.
Dalam dunia pendidikan yang diarahkan kepada para pelajar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meresmikan kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti (PBD) di Jakarta, Jumat (24/7). Program tersebut merupakan penyesuaian sikap dan sikap positif yang diterapkan terhadap siswa sekolah semenjak masa orientasi penerima didik gres sampai masa kelulusan. Ada enam tahapan alur penerapan kegiatan penumbuhan kebijaksanaan pekerti, yakni tahap pengajaran, pembiasaan, training untuk bisa konsisten, proses pembiasaan, pembentukan karakter, dan menjadi budaya. (Jakarta, CNN Indonesia).
Penanaman kebijaksanaan pekerti tidak ada guna dan keuntungannya jikalau hanya ditanamkan kepada para pelajar di sekolah. Penanaman kebijaksanaan pekerti seharusnya sudah dibiasakan pada setiap insan penduduk Indonesia dalam segala pola pikir, pola bicara, dan pola tindak, sehingga ada kesinambungan antara generasi bau tanah dan generasi penerus bangsa ini.
Jika pemakai alat canggih di zaman modern ini sudah membekali diri dengan sikap mental yang kuat, tentu tidak ada penipuan dengan telepon seluler, tidak ada pembobolan ATM, tidak ada anggota dewan yang tertangkap kamera wartawan menikmati BF saat sidang, tidak ada korupsi, tidak ada pengguna dan pengedar narkoba, dan lain-lain. Pemakai alat canggih selalu positif thinking sehingga membuahkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan bangsa.
Sebenarnya abjad bangsa Indonesia sudah tersurat secara rinci dan terang walau singkat. Aturan tersebut sangat fleksibel untuk sepanjang masa dan secara aturan diundangkan menjadi dasar negara dan undang-undang dasar negara. Dalam konspirasi nasional tersebut selain ada lima agama yang disahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, satu-satunya Dasar Negara Republik Indonesia, ialah Pancasila.
Baca juga: Manfaat Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa
Pancasila sebagai pandangan hidup, pedoman hidup, falsafah hidup, dan pemersatu bangsa, seharusnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh semua warga negara, terutama para pejabat negara, tokoh masyarakat, dan pemuka agama, alasannya ialah mereka menjadi barometer kelompok sosial di bawahnya. Nilai-nilai luhur tiap sila Pancasila yang merupakan tabiat dan kepribadian bangsa Indonesia sesuai harapan proklamasi 17 Agustus 1945 harus diamalkan secara murni dan konsekuen. Sebagai teladan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari sangat sempurna saat dituangkan dalam 36 butir Pancasila, namun kini sudah banyak dilupakan.
Pertanyaannya sekarang, mengapa semua orang selalu membahas karakter, moral, kebijaksanaan pekerti, dan sejenisnya? Seringnya ada pembahasan para pakar wacana karakter, moral, kebijaksanaan pekerti, dll. tersebut memang sudah terjadi ketidakimbangan antara harapan dan kenyataan wacana hal yang dibahas tersebut. Saat ini jangankan diamalkan, teks Pancasila saja orang-orang penting tidak hafal, apa lagi orang awam.
Jawaban yang sempurna bukan kata-kata, melainkan berupa tindakan sadar yang harus dilakukan bangsa Indonesia secara serentak ialah pengamalan Pancasila ditegaskan lagi oleh pemerintah untuk kembali ke jati diri bangsa secara murni dan konsekuen. Ideologi bangsa yang diabaikan sendiri oleh pemiliknya, tidak inpas jikalau kita menuntut kemajuan teknologi bisa membawa bangsa ini menikmati negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Kalau kita tidak segera insyaf dan kembali ke harapan kemerdekaan yang diperjuangkan para nenek moyang kita, kehancuran sudah siap melanda kita.
Jika semua penduduk Indonesia sudah mengamalkan Pancasila dan beribadah berdasarkan agama masing-masing (lima agama yang disahkan Undang-Undang Dasar 1945), kemajuan teknologi niscaya menjadi media dan sarana menuju kemajuan bangsa dan negara. Kembali ke sifat dan karaktr bangsa yang tertuang dalam Pancasila akan lebih baik yang bisa dipetik. Semakin jauh bangsa kita melupakan dan mengabaikan dasar negara yang dibentuk dengan tinta darah para pejuang, tak heran jikalau makin jauh ketenteraman dan kesejahteraan sanggup kita tempuh.
*) Ditulis oleh WIDODO SANTOSO, S.Pd.M.Pd. Kepala SDN 4 Mangkujayan Kabupaten Ponorogo
Advertisement