Kita niscaya pernah dikejutkan oleh informasi ihwal agresi jelek yang dilakukan oleh sedikit guru. Tentu tidak hanya terkejut, mungkin kecewa. Bukankah guru idealnya memperlihatkan petunjuk kebaikan, dan bukan petunjuk keburukan? Sehubungan dengan itu, saya teringat oleh ucapan seorang ulama terkenal, “Siapa pun bisa jadi hina dan jatuh alasannya kurangnya ilmu.” Dengan demikian, boleh saya katakan bahwa guru sanggup terlibat dalam agresi keburukan jikalau ilmunya kurang memadai.
Baca juga: Pemerintah Diminta Ganti Guru Tak Berkualitas
Lantas, bagaimana menjadi seorang guru yang kaya akan ilmu? Salah satu jawabannya ialah terus belajar. Ya, mencar ilmu harus menjadi aktivitas harian seorang guru. Belajar merupakan perjuangan guru untuk menambah ilmu. Adapun ilmu merupakan bekal seorang guru untuk memperbaiki kualitas hati dan pikirannya sehingga sanggup menjadi petunjuk kebaikan bagi anak didiknya. Dari sini sanggup dikatakan bahwa mencar ilmu merupakan salah satu perjuangan guru dalam mempersiapkan anak didiknya biar menjadi generasi yang unggul.
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dikala ini mengharuskan seorang guru untuk selalu menambah ilmunya. Bagaimana mungkin seorang guru sanggup menyikapi segala perkembangan tanpa diimbangi dengan pertambahan ilmu? Ilmu bisa membedakan antara yang benar-salah dalam perkataan dan antara yang terpuji-hina dalam perbuatan. Jika kondisi perubahan tidak diimbangi dengan pertambahan ilmu, yang ada hanyalah kekacauan mental dan emosional. Seorang guru sanggup kehilangan arah dan melaksanakan tindakan yang tidak karuan. Seorang guru lambat laun sanggup menurun kualitasnya, mengalami kemerosotan moral. Bahkan boleh jadi, menjadi hilang kearifannya.
Baca juga: 4 Kompetensi yang Wajib Dikuasai Guru
Kewajiban mencar ilmu tidak dibatasi usia. Tuntutan untuk mencar ilmu tidak hanya dibebankan kepada anak didik. Guru juga dituntut untuk senantiasa mencar ilmu di tengah kesibukan yang mereka hadapi. Bahkan boleh dikatakan bahwa keunggulan seorang guru terletak pada kemampuannya untuk mencar ilmu terus-menerus, baik mencar ilmu dengan cara melihat, mendengar, maupun memperhatikan. Baik mencar ilmu lewat interaksi, mencar ilmu dengan seseorang yang hebat ilmu, mencar ilmu melalui pelatihan, mencar ilmu melalui pendidikan lanjutan, maupun yang lain. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar. Tentu dengan cara yang baik untuk mencar ilmu ilmu yang baik.
Namun, yang menjadi persoalan ialah jikalau seorang guru tidak lagi memerlukan belajar, bahkan meremehkan mencar ilmu alasannya merasa sudah tepat ilmu dan perilakunya. Guru yang demikian akan menjadikan tragedi yang fatal dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana yang diucapkan oleh khalifah Umar bin Abd al-Aziz, “Barangsiapa melaksanakan suatu pekerjaan tanpa ilmu pengetahuan ihwal itu maka yang beliau rusak lebih banyak daripada yang beliau perbaiki.” Semoga guru-guru di Indonesia senantiasa menjadi guru yang terus belajar.
*) Ditulis oleh Dhaniar Retno Wulandari, S.S. Guru di SDIT Ar Risalah Surakarta
Advertisement