Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk menyebarkan kreativitasnya. |
1. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking skill)
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis projek. Guru jangan risih atau merasa terganggu saat ada siswa yang kritis, banyak bertanya, dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya yang tinggi.
Baca juga: 9 Tipe Guru yang Dibutuhkan Indonesia
Yang perlu dilakukan guru yakni memperlihatkan kesempatan secara bebas dan bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan menciptakan refleksi bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan tanggapan terbuka pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Kreativitas (creativity)
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk menyebarkan kreativitasnya. Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun tugas atau prestasi siswa. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat dengan Pak Tino Sidin, yang mengisi program menggambar atau melukis di TVRI sekian tahun silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun kondisi hasil karya belum dewasa didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa sekarang biar siswa merasa dihargai.
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam belajar, alasannya intinya setiap siswa yakni unik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Howard Gardner bahwa insan mempunyai kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan visual-spasial, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8) kecerdasan naturalis.
3. Ketiga, komunikasi (communication)
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan relasi antar manusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber dilema saat terjadi miskomunikasi atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting dalam berkomunikasi.
Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa dengan guru, maupun komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon klarifikasi guru, bertanya, menjawab pertanyaan, atau memberikan pendapat, hal tersebut yakni merupakan sebuah komunikasi.
4. Kolaborasi (collaboration)
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kerja sama akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota.
Baca: Bukan Prestasi, Ini yang Membuat Anak Sukses
Saat ini banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang bisa bekerja dalam tim, kurang bisa mengendalikan emosi, dan mempunyai ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan menghambat jalan menuju kesuksesannya, alasannya berdasarkan hasil penelitian Harvard University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil. Kolaborasi merupakan citra seseorang yang mempunyai soft skill yang matang.
Advertisement